skip to main |
skip to sidebar
Kalau kita ingin mengenal kehebatan seorang arsitek, cara terbaik
adalah dengan melihat bangunan yang dirancangnya. Kalau kita ingin mengenal
kehebatan seorang pelukis, maka kita bisa melihat seberapa bagus kualitas lukisannya.
Begitu pula bila ingin mengenal kebesaran Allah, maka kita bisa
melihat kualitas ciptaannya. Apa ciptaan Allah tersebut? Itulah alam semesta
yang tercipta dan Alquran yang tertulis. Ada dua cara untuk mengenal kebesaran
Allah, yaitu melalui pikir dan zikir. Pikir lebih berkaitan dengan aspek nalar.
Semakin seseorang memahami ciptaan Allah, maka akan semakin sadar pula akan
kebesaran Allah.
Karenanya, Alquran berulangkali merangsang manusia untuk terus
memikirkan semua itu. Beberapa ungkapan Alquran yang menujukkan hal tersebut, la'llakum
tattaqun, la'allakum tadzkurun. Maksudnya Allah menyuruh manusia untuk
melihat, merenungkan, dan mengkaji semua ciptaan-Nya. Bahkan Prof Ahmad Salaby
menyebutkan bahwa seperlima kandungan Alquran berisi petunjuk agar manusia bisa
mengkaji alam ini.
Kedua, manusia tidak cukup hanya mengembangkan pikir. Manusia pun
perlu zikir. Tanpa zikir manusia bisa memiliki, tapi ia tidak akan menikmati.
Manusia bisa sukses, tapi ia tak akan bahagia. Maka, Alquran pun mendorong kita
untuk mengembangkan kemampun zikir. Zikir bisa dilakukan dengan jalan
merenungkan dan menyebut kebesaran Allah.
Bila kita mampu mengembangkan dan menyeimbangkan dua hal ini dengan
baik, maka kita layak disebut ulil albab. Dalam QS. Ali Imran: 190-191
disebutkan karakteristik dari ulil albab.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab, yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Mahasuci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka"." (Ems)
Republika
0 komentar:
Posting Komentar