disiram oleh tangan kasih sayang. Dan ia pun
seakan terbang nun jauh diatas sana, menerobos awan yang tenang, melambai
gemulai, indah dan bersiramkan wangian misik. Benar tidaknya... anda sendiri
yang tahu...
Cinta
memang sesuatu yang belum bisa saya mengerti, datang dengan tiba-tiba tanpa
bersuara dan perginya pun secepat kilat tanpa kita ketahui... lenyap tanpa
bekas, bahkan seringkali terganti dengan lawan dari cinta itu sendiri... yaitu
benci.
Tapi
muncul satu kekhawatiran yang sering dialami adalah jangan2 cinta itu hanyalah
sekedar kedok dari "sesuatu" yang lain, sesuatu yang lebih laten
dibandingkan dengan cinta itu sendiri.
Kalau
sekedar untuk berdeklamasi, saya tentu akan menjawab dengan lantang, bahwa
cintaku untuk Allah, untuk Rasulullah, para sahabat, orang tua, teman, dan
seterusnya...dan seterusnya... demikian pula slogan-slogan yang ditempel atau
dalam iklan misalnya... tidak mustahil bahwa semua ucapan, atau tingkah laku
itu hanyalah kepalsuan belaka... ??!
Tetapi
itu hanyalah sekedar slogan saja, yang untuk bisa membuktikannya perlu diuji
lagi. Ibaratkan sebuah pedang... ia tidak langsung menjadi sebuah pedang yang
tajam tanpa sebelumnya melalui sebuah proses yang tidak ringan. Sebuah proses
dari sepotong besi biasa yang kemudian menjadi sebuah pedang yang bagus.
Karena
ego ini masih lebih mengutamakan nikmatnya materi, nikmatnya pujian, nikmatnya
penghargaan, nikmatnya kehormatan, nikmatnya harga diri, nikmatnya pahala,
nikmatnya berkelompok apalagi yang merasa paling benar, bahkan terobsesi dengan
nikmatnya surga yang dijanjikan... dan disamping ego tersebut masih belum bisa
menerima kepahitan-kepahitan. Baik itu jasmani maupun rohani. Saya masih
melayang diantara hitam-putih, panas-dingin, baik-buruk, benar-salah, senang-susah,
pujian-makian. Sesuatu yang sangat relatif tetapi punya tendensi ke arah
tertentu.
Sampai
suatu saat saya men-scan kembali perasaan saya mengenai cinta... ketika secara
nggak sengaja saya dengar pembicaraan orang yang kira-kira begini: "Cinta
akan lebih bisa terpahami jika tidak bersandar dengan "karena" tapi
bersandar dengan "walaupun".
Anda
nggak faham yach...? samma
Mau
pake rumus...?
Misalkan...
Selama ini dengan kedok cinta, saya mencintai A "KARENA" c,d,e,f,g…
(sesuatu yang sangat logis). Tapi masalahnya sekarang, kalau c,d,e,f,g-nya
berkurang tidak mustahil cinta saya pada A bukan sekedar tereduksi lagi, akan
tetapi mungkin akan habis dan tinggal kedoknya saja, karena ego saya yang
menginginkan c,d,e,f,g-nya bukan karena A-nya itu.
Tetapi
sebaliknya... Dengan berkedok cinta, saya mencintai A "WALAUPUN"
v,w,x,y,z dst ..(mungkin terkadang nggak masuk akal). Akan tetapi, meskipun ada
faktor v,w,x,y,z dst... tapi disini kita harapkan mudah2an cintanya semakin
menyala dan kedoknya semakin menghilang.
Saya
hanya sedikit teringat, suatu kisah seorang sufi yang mengatakan bahwa beliau
'mimpi seakan-akan berada di hadapan Allah' kemudian Allah berkata:
Ketika
AKU baru menciptakan manusia, mereka semua mengaku cinta kepada-KU.
Kemudian
KU-ciptakan dunia, sebagian besar berpaling ke dunia lari meninggalkan-KU,
hanya sedikit yang tetap mencintai-KU
Kemudian
KU-ciptakan Surga, sebagian besar dari yang sedikit itu berpaling padanya, dan
tinggal sedikit dari yang sedikit tetap mencintai-KU
Kemudian
KU-ciptakan Neraka, sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit tadi
lari meninggalkan-KU karena takut padanya, maka tinggallah sedikit dari yang
sedikit dari yang sedikit tetap cintanya kepada-KU.
Pada
yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu KU-timpakan ujian,
Sebagian besar dari yang sedikit dari yang sedikit dari yang sedikit itu tidak
tahan dan mengeluh, hingga hanya tinggallah sedikit dari yang sedikit dari yang
sedikit dari yang sedikit tadi masih tetap cintanya kepada-KU.
Kepada
yang tersisa itu AKU katakan... "Kalian tidak menginginkan dunia, tidak
mengharapkan surga, tidak lari dari neraka, dan tidak mengeluh dari ujian, lalu
apa yang kalian inginkan...?"
"Engkau
lebih mengetahui apa yang kami inginkan, jawab mereka."
"AKU
akan memberikan cobaan yang berat pada kalian, sebanyak napas kalian; bahkan
gunung yang kokoh sekalipun tidak akan sanggup menanggungnya, apakah kalian
akan tetap bersabar...?"
"Jika
KAU yang menurunkan cobaan itu, kami siap menerimanya."
Kata
Allah... "Kalian adalah hamba-hamba-KU yang sejati. Kalian adalah
pecinta-KU yang sidiq. Aku akan beri kalian dunia dan surga. Aku akan
menyingkirkan segala bencana dari kalian."
Mereka
yang tersisa itu-lah hamba-KU.
---o0o---
"Saudaraku,
jika kau mendoakan aku, doakanlah agar Allah menjadikan aku sebagai salah
seorang kecintaan-Nya. Sebab, hanya karena cinta dan ridho-Nya lah maka kita
bisa mencium bau syurga-Nya" (fathiyah)
kafemuslimah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar